Jumat, 21 Juli 2017

Lima Sorotan Pasca Timnas U-22 Kalah Telak dari Malaysia

Lima Sorotan Pasca Timnas U-22 Kalah Telak dari Malaysia

NuansaBerjudi- Timnas Indonesia U-22 yang digadang-gadang akan memberikan sebuah hasil impresif rupanya masih belum bisa tampil optimal. Pasukan Luis Milla ini harus mendapatkan hasil minor kala berjumpa dengan Malaysia.

Menjalani laga pertama Grup H Kualifikasi Piala Asia U-23 melawan Malaysia, Indonesia menelan kekalahan telak. Bermain di Thailand National Stadium, Bangkok, Rabu (19/7) sore, Bagas Adi Nugroho dan kawan-kawan kalah dengan skor tiga gol tanpa balas.

Kekalahan tersebut tentu cukup mengejutkan. Pasalnya, Indonesia sejatinya telah menjalani persiapan yang sangat matang. Indonesia sudah berada di Thailand seminggu sebelum laga dimulai untuk beradaptasi. Jauh lebih awal dibanding Malaysia.

Skuat Merah Putih juga telah berkumpul dalam waktu yang lama. Menjalani serangkaian pemusatan latihan dan laga uji coba internasional.

Namun, hasil yang diraih masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Berkaca pada hasil laga melawan Malaysia, ada beberapa faktor yang layak disorot terkait dengan performa Timnas U-22. Berikut adalah lima hal yang perlu disorot dari performa minor Timnas U-22:

1. Komposisi Pemain

Entah apa yang dimaksud oleh Luis Milla jika melihat susunan pemain yang diturunkan pada laga melawan Malaysia. Tidak ada nama Hansamu Yama, Gavin Kwan, Evan Dimas, Yabes Roni hingga Saddil Ramdani.

Milla seperti masih ingin mencoba-coba mencari komposisi terbaik. Seperti yang biasa ia lakukan pada laga uji coba sebelumnya. Celakanya, saat ini Indonesia sudah menjalani pertandingan resmi dan hasil yang diraih sangat mengecewakan.

Keputusan Milla tidak memainkan Hansamu dan Evan terbukti salah.

Lini belakang cukup kelimpungan tanpa Hansamu. Duel bola atas para pemain Indonesia kerap kali kalah dari pemain Malaysia. Padahal, duel bola atas menjadi salah satu kelebihan yang dimiliki oleh pemain Barito Putera tersebut.

Sementara itu, Evan yang masuk di babak kedua terbukti memberikan efek positif bagi serangan Indonesia. Sayangnya, saat Evan mulai mendapatkan sentuhannya, Indonesia harus bermain dengan sepuluh pemain menyusul kartu merah Asnawi Mangkualam.

2. Mental Bertanding

Pasca pertandingan, Luis Milla menyebut jika mental anak asuhnya jatuh begitu Malaysia mampu mencetak gol cepat pada menit ke-5. Gol ini membuat para pemain kehilangan konsentrasi. Akibatnya, Indonesia kembali kebobolan pada menit ke-20.

"Masalahnya ada di babak pertama. Gol pertama membuat kami kesulitan dan gol itu membuat mental kami tidak siap di 20 menit awal.Di babak kedua kami bermain lebih baik. Namun segalanya menjadi sulit karena kami ketinggalan tiga gol," kata Milla.

Kondisi seperti ini tentu cukup mengejutkan, bahkan harusnya tidak terjadi. Pasalnya, Indonesia punya pemain dengan menit bermain di level internasional yang cukup tinggi. M Hargianto, Bagas Adi hingga Putu Gede jadi contohnya.

Juga ada Evan Dimas dan Hansamu Yama yang pernah membela timnas senior di ajang Piala AFF 2016 lalu.

Selain itu, Milla sendiri tentu sudah kenyang pengalaman dengan kodisisi tersebut. Ia pernah bermain di Barcelona dan Real Madrid. Milla juga pernah membawa Spanyol juara di ajang Euro U-21. Harusnya, Milla mampu menyuntikkan mental yang tangguh pada anak asuhnya.

3. Kreativitas dan Kualitas Serangan

Jika melihat catatan statistik, sebenarnya Indonesia tidak bermain dengan terlalu buruk. Meski bermain dengan sepuluh pemain, seperti dirangkum oleh Labbola, Indonesia justru mampu mendominasi penguasaan bola pada laga melawan Malaysia.

Tercatat, M Hargianto dan kolega menguasai bola hingga 55 persen berbanding 45 persen dari kubu Malaysia. Akurasi umpan pemain Indonesia pun lebih baik dibandingkan dengan para pemain Malaysia.

Berikut adalah statistik lengkapnya:


Namun, ada satu hal yang menjadi titik lemah yaitu kreativitas dan kualitas setiap serangan.

Sebelum Evan masuk, serangan Indonesia hanya mengandalkan gerakan dari sayap lewat Febri Hariyadi dan Septian David Maulana. Pergerakan kedua pemain ini sebenarnya cukup bagus. Mereka bisa melepas umpan maupun melakukan sepakan jarak jauh.

Tapi, opsi ini begitu mudah dibaca oleh pemain Malaysia.

Selanjutnya adalah pada kualitas. Indonesia dan Malaysia sama-sama memperoleh tiga peluang tendangan tepat sasaran. Bedanya, Malaysia mampu mengkonversi semua peluang jadi gol. Sementara, tidak satupun peluang Indonesia menjadi gol.

4. Antisipasi Bola Mati

Sorotan selanjutnya adalah antisipasi bola mati. Faktor ini menjadi sangat krusial pada laga melawan Malaysia. Pasalnya, dua gol dari Harimau Malaya berasal dari situasi bola mati. Satu gol Malaysia lain dari umpan jauh.

Gol Jafri Firdaus pada menit ke-19 bermula dari tendangan bebas yang sebenarnya dalam posisi yang tidak terlalu membahayakan gawang Indonesia. Namun, komunikasi yang buruk membuat gawang Indonesia mudah di bobol.

Pemain belakang tidak ada yang mampu menang duel udara. Sementara kiper seperti tidak berkomunikasi dengan para pemain di depannya.

Gol Thanabalan pada menit ke-30 menambah jelas buruknya antisipasi bola mati para pemain Indonesia. Thanabalan bisa dengan sangat mudah menceploskan bola ke gawang tanpa pengawalan satu pun pemain Indonesia.

Pada saat pemain Malaysia melepas sepak pojok, ada tiga pemain Indonesia yang berduel mendapatkan bola. Sementara, empat pemain lain terpaku melihat bola. Mereka alpa memberikan penjagaan pada Thanabalan.

Kesalahan-kesalahan seperti ini tentu tidak boleh dilakukan lagi pada laga-laga Indonesia selanjutnya.

5. Penjaga Gawang

Sektor penjaga gawang nampaknya jadi masalah krusial bagi Luis Milla. Dari tiga nama yang tersedia, tidak ada satupun yang jadi pilar utama di klubnya masing-masing. Tentu saja ini membuat mental dan pengalaman bertanding mereka kurang.

Satria Tama, yang berada di bawah mistar saat Indonesia berjumpa Malaysia, mungkin hanya jadi opsi kedua di Persegres Gresik United jika tidak ada aturan regulasi pemain U-23. Begitu juga dengan Kurniawan Kartika Ajie di Persiba Balikpapan.

Sementara itu, Dicky Indrayana juga tidak beda jauh. Ia bahkan belum sekalipun bermain di pentas Liga 1.

Gawang Satria Tama kebobolan tiga gol dari tiga tendangan gawang yang dilakukan oleh pemain Malaysia. Tentu saja ini bukan catatan yang bagus. Apalagi jika melihat bagaimana proses gol tersebut terjadi.

Yang paling mencolok tentu saja pada proses gol kedua Malaysia. Saat itu, Tama berusaha untuk keluar untuk bisa menghalau bola. Celakanya, ia justru salah perhitungan dan membuat Jafri Firdaus bisa dengan mudah mencetak gol.

Well, ada banyak pekerjaan rumah yang harus di pikirkan oleh Luis Milla sebelum menjalani laga kedua melawan Mongolia, 21 Juli 2017 mendatang. (bola)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar