Senin, 05 Juni 2017

Lima Kunci Sukses Real Madrid Juara Liga Champions 2016/17

Lima Kunci Sukses Real Madrid Juara Liga Champions 2016/17

NuansaBerjudi- Real Madrid akhirnya mematahkan mitos bahwa juara bertahan tidak pernah mampu mempertahankan gelar yang mereka peroleh di Liga Champions. El Real memberi bukti bahwa mereka masih klub yang terbaik di Eropa pada musim 2016/17 ini.


Pada laga final Liga Champions yang digelar di Stadion Millennium, Cardiff, Wales, Madrid menang dengan skor 4-1 atas Juventus, Minggu (4/6) dini hari WIB.

Cristiano Ronaldo menjadi bintang bagi Madrid dengan mencetak dua gol. Sementara, dua gol pasukan Zinedine Zidane lainnya dicetak oleh Casemiro dan Marco Asensio. Gol hiburan bagi Juve hadir dari aksi akrobatik Mario Mandzukic.

Kemenangan yang diraih oleh Madrid tentu tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa momen kunci yang menentukan jalannya pertandingan. Ada pula beberapa pemain yang tampil gemilang yang kemudian menjadi pembeda pada laga ini.

Nah, apa saja faktor kunci yang menjadi penentu sukses Madrid di final Liga Champions? Simak selengkapnya dalam ulasan berikut ini.

1. Kuasai Lini Tengah

Juventus sebenarnya tampil lebih menjanjikan pada laga babak pertama. Pasukan Massimiliano Allegri mampu menghadirkan dua peluang dari aksi Gonzalo Higuain dan Miralem Pjanic bahkan saat laga baru berjalan 15 menit.

Namun, justru Madrid sebenarnya yang tampil lebih dominan. Madrid menguasai 53 persen penguasaan bola. Selain itu, para pemain Madrid juga mencatatkan 92 persen umpan akurat, sementara kubu Juventus hanya memiliki tingkat akurasi umpan 82 persen.

Rupanya, ada dua pendekatan yang berbeda dari kedua tim pada babak pertama.

Juve lebih mengandalkan serangan dari sisi sayap, baik itu lewat Dani Alves maupun Alex Sandro. Keduanya kerap melepas umpan crossing dan salah satunya berhasil menjadi gol dari aksi Mandzukic.

Sementara itu, Madrid lebih cenderung bermain dari di sektor tengah. Isco, Casemiro, Luka Modric dan Toni Kroos tentu bukan pemain dengan karakter yang bisa bermain di sayap. Kecuali Kroos, tiga pemain lain lebih cenderung bermain di sektor tengah.

2. Kejelian Taktik Zidane

Kejelian Taktik Zidane

Babak kedua menjadi panggung bagi Zinedine Zidane untuk menunjukkan kepiawaiannya sebagai pelatih dalam membaca permainan. Pelatih asal Prancis ini mengubah pendekatan permainan yang ia lakukan pada babak pertama.

Berkaca dari gol Ronaldo di babak pertama, Zidane nampaknya sudah bisa membaca pola pertahanan Juve. Ada banyak celah di sisi sayap dan hal itulah yang coba di eksploitasi oleh para pemain Madrid. Luka Modric dan Isco yang punya kecepatan ditempatkan lebih ke sayap, sementara Kroos dan Casemiro bertahan di tengah.

"Pada babak kedua, saya ingin para pemain tampil lebih menekan dan saya ingin lebih memanfaatkan sektor sayap. Kami memainkan sepakbola kami, seperti yang biasanya kami lakukan," kata Zidane usai laga.

Tiga gol Madrid yang tercipta di babak kedua, semua berawal dari sektor sayap.

Gol Casemiro, bermula dari Karim Benzema yang menyisir sayap dan memberikan bola pada Kroos. Bola tendangan pemain asal Jerman mampu diblok pemain Juve dan kemudian disambar oleh Casemiro untuk menjadi gol.

Pola yang sama terjadi pada gol kedua Ronaldo dan gol Marco Asensio. Semuanya dimulai dari sektor sayap.

3. Ramos-Varane dan Serangan Monoton Juve

Ramos-Varane dan Serangan Monoton Juve

Selain kecolongan dari gol Mario Mandzukic pada babak pertama, lini bertahan Real Madrid bisa dibilang tampil sangat apik. Duet Sergio Ramos dan Raphael Varane mampu menjadi tembok kokoh bagi setiap serangan Juventus.

Seperti yang diterangkan di ulasan sebelumnya, serangan Madrid lebih cenderung untuk mengandalkan serangan dari sisi sayap. Para pemain Juve lebih sering melepas umpan crossing jika dibandingkan dengan melepas umpan terobosan.

Tentu saja hal ini begitu mudah diantisipasi oleh duet Ramos dan Varane. Grafik di atas menunjukkan bangunan serangan Juve yang lebih mengandalkan sektor sayap dengan skema umpan crossing.

Juve sendiri memang tidak punya banyak opsi di lini tengah dalam membangun serangan. Miralem Pjanic yang diharap jadi kreator serangan justru tidak berkutik melawan Casemiro. Ia gagal melepas umpan-umpan yang memudahkan Higuain mencetak gol.

Tak ada umpan yang mengarah ke kotak penalti yang dilepas oleh Pjanic pada babak kedua. Pemain asal Bosnia ini bahkan harus diganti oleh Claudio Marchisio karena tidak bermain dengan efektif.

Selain itu, monotonnya serangan Juve juga tidak lepas dari Paulo Dybala yang tampil di bahwa standar permainan terbaiknya.

4. Cristiano Ronaldo

Cristiano Ronaldo

Ronaldo sekali lagi memberikan bukti bahwa ia masih menjadi figur paling penting bagi Real Madrid. Pemain asal Portugal ini sukses mencetak dua gol pada laga final Liga Champions ke gawang Gianluigi Buffon.

Gol pertama Ronaldo punya arti penting bagi Madrid. Sebelum gol terjadi, Madrid lebih banyak berada dalam kondisi tertekan. Nah, gol Ronaldo ini memberikan rasa percaya diri bagi pemain Madrid untuk bisa mengimbangi permainan Juve.

Gol kedua Ronaldo pun tak kalah penting. Pemain berusia 32 tahun membuat kedudukan menjadi 3-1 dan secara mental sangat penting bagi Madrid. Sebaliknya bagi Juve, gol ini membuat mental juang Gianlugi Buffon dan kolega luntur.

Ronaldo pun terpilih sebagai man of the match pada akhir pertandingan. Sebuah ganjaran yang pantas diberikan jika melihat vitalnya kontribusi Ronaldo.

Penampilan gemilang Ronaldo di laga final ini juga sekaligus menegaskan kejelian Zinedine Zidane dalam menerapkan strategi rotasi pemain. Zidane mampu menjaga Ronaldo tetap berada dalam performa terbaiknya hingga musim berakhir.

Sementara itu, sukses di final ini sepertinya juga makin menegaskan bahwa Ronaldo kini sudah terlahir dengan bentuk baru. Ronaldo bukan lagi seorang winger namun seorang penyerang.

5. Tidak Jelasnya Posisi Dani Alves

Tidak Jelasnya Posisi Dani Alves

Dani Alves sebenarnya sangat diharapkan menjadi sosok kunci bagi Juventus di laga final Liga Champions. Alves punya rekam jejak yang sangat mentereng saat masih membela Barcelona di ajang Liga Champions.

Pengalaman yang ia dapatkan bersama Barca diharapkan bisa ditularkan pada skuat Juventus. Namun, kesalahan penempatan posisi Alves membuat perannya justru tidak maksimal.

Pada awal babak pertama, Alves oleh Massimiliano Allegri ditempatkan sebagai seorang gelandang sayap, bahkan bisa disebut winger dalam formasi 4-2-3-1. Sementara posisi bek kanan ditempati oleh Andrea Barzagli.

Mantan pemain Barcelona ini memang banyak memberikan umpan-umpan silang, tapi naluri menyerangnya cukup monoton dan tidak banyak melakukan tusukan ke kotak penalti.

Allegri sempat mengembalikan posisi Alves ke bek kanan saat ia memasukkan Juan Cuadrado pada menit ke-66. Namun, pilihan ini seperti sudah terlambat karena saat itu Juve sudah tertinggal 1-3 dari Madrid. Apalagi, Cuadrado di kartu merah pada menit ke-83. (bola)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar